28 September 2016

BTR-4M Korps Marinir TNI AL Tiba di Indonesia

28 September 2016


Panser BTR-4M Korps Marinir (photo : Defence Military)

Setelah perjalanan panjang mengarungi lautan selama lebih dari satu bulan, akhirnya pada sore hari 28 September 2016, kapal MV Texel yang membawa lima unit panser intai amfibi BTR-4M Bucephalus pesanan Korp Marinir TNI AL tiba juga di dermaga pelabuhan Tanjung Priuk. Angkasa berkesempatan meninjau penurunan seluruh BTR-4M dari kapal, setelah selesainya proses inspeksi oleh Direktorat Bea dan Cukai.

Berbeda dengan pada saat pengiriman Main Battle Tank Leopard 2 yang turun dari kapal dengan tenaganya sendiri, BTR-4M diangkat, digotong, dan diturunkan dengan crane dari dek kapal sampai ke dermaga. Ini mirip dengan pada saat sistem artileri swagerak CAESAR diturunkan dari kapal pengangkut.

Satu-persatu, ranpur amfibi bersosok sangar ini diturunkan dari atas kapal secara perlahan oleh kru pelabuhan yang cukup ahli, diawasi dengan cermat oleh perwakilan dari perusahaan forwarding, perusahaan konsultan yang mewakili pabrikan BTR-4, dan tentu saja perwakilan dari Korp Marinir TNI AL. Semua yang menanti sudah tidak sabar menunggu selesainya proses turunnya BTR-4 dari dalam kapal.

Kalau dipikir, mungkin ini satu-satunya kesempatan bagi BTR-4 untuk ‘bermanja-manja.’ Saat nanti menjalani dinas aktif di tangan Kompi Intai Amfibi (Pintam), BTR-4 sudah pasti harus mengarung laut keluar dari kapal saat menjalani fase pendaratan dalam operasi amfibi.

BTR-4M yang didatangkan dari Ukraina sebanyak 5 unit (photo : IMF)

Dari segi desain, BTR-4 dengan sistem penggerak 8×8 merupakan desain asli Ukraina, yang merupakan penyempurna dari roh desain keluarga BTR-60/70/80. Walaupun buatan Timur, kualitas dan desainnya mengacu pada kendaraan tempur buatan Barat. Jika melongok ke dalamnya, layoutnya sudah seperti ranpur buatan Barat, dengan kompartemen pengemudi dan komandan di depan, mesin di tengah, dan kompartemen pasukan di belakang. Kompartemen belakang terasa sangat lapang dan lega, dengan konfigurasi kursi yang bisa diatur untuk duduk berhadapan atau berpunggung-punggungan.

Sistem penggerak untuk BTR-4 sendiri juga sudah mengandalkan mesin buatan Barat. Walaupun pabrikan sebenarnya menyiapkan dua opsi mesin, varian BTR-4M Indonesia menggunakan mesin terbaik yaitu Deutz BF6M 1015CP buatan Jerman yang sudah mengadopsi standar emisi Euro II yang saat ini berlaku di Indonesia. Mesin diesel berdaya 490hp ini dikawinkan dengan sistem transmisi otomatis buatan Amerika Serikat Allison 4600SP dengan 6 gigi maju dan 1 gigi mundur. Paduan mesin dan transmisi ini dapat membawa BTR-4 lincah melesat sampai kecepatan 100km/ jam di jalan aspal atau 70km/ jam cross country.

Untuk kompartemen pasukan, BTR-4 dapat mengangkut sampai 8 orang yang terdiri dari 7 prajurit dan 1 orang juru tembak untuk sistem senjata pada BTR-4. Setiap prajurit mendapatkan kursi individual, yang dipasang tergantung pada atap kendaraan. Konfigurasi ini sengaja dibuat untuk mengurangi keparahan cedera fisik apabila kendaraan sampai terkena ranjau, yang gelombang kejutnya dapat meremukkan tulang.

BTR-4M Korps Marinir dengan kanon Parus (photo : IMF)

Lantai kendaraan dibuat berlapis untuk mengantisipasi impak dari ledakan ranjau darat. Kenyamanan pasukan terjaga karena BTR-4M pesanan Indonesia sudah dipasangi sistem pendingin udara dengan daya yang cukup besar. Untuk menghadapi tren pertempuran di masa mendatang, BTR-4 pesanan Indonesia bahkan juga dilengkapi dengan filter NBC alias Nubika (Nuklir, Biologi, dan Kimia) untuk menghadapi skenario perang inkonvensional.

Sementara untuk sistem senjata BTR-4M pesanan Indonesia, kubah yang dibeli adalah Parus yang menggabungkan 4 tipe senjata sekaligus. Daftarnya mulai dari kanon otomatis 30mm ZTM-1/ 2A72 seperti yang terpasang pada BMP-2/3, yang sudah terbukti andal untuk menggasak berbagai macam sasaran. Mengingat kanon serupa sudah digunakan pula oleh Korp Marinir pada ranpur BVP-2 dan BMP-3F, soal logistik amunisi, penggunaan dan perawatan tentu tidak jadi masalah.

Untuk anti-infanteri, disediakan senapan mesin 7,62mm PKT dan pelontar granat 30mm AGS-17. Paduan dari dua senjata ini mampu menyediakan cakupan sasaran tunggal ataupun area pada jarak di luar jangkauan senjata ringan. Amunisi untuk ketiga senjata ini dapat dipasok dan diisi ulang dari sisi bawah atau dari dalam kabin, sehingga mengurangi resiko tertembak. Sementara untuk melawan tank, BTR-4M dibekali dengan rudal antitank Baryer (penghalang) yang dua tabungnya nangkring di sisi kanan kubah Parus. Dengan jarak efektif sampai 4.000 meter, BTR-4M memiliki kans untuk menghadapi dan melumpuhkan Main Battle Tank.

Panser BTR-4M Korps Marinir dengan kanon Parus (photo : ARC)

Namun sesungguhnya, fitur terbaik dari kubah Parus yang dipasang dari BTR-4M tidak cuma itu. Kubah ini dilengkapi dengan sistem hunter-killer dimana komandan dapat mengintip sasaran dari modul kamera yang dapat dinaikkan dan berputar independen dari putaran kubah. Komandan yang duduk di kursi depan dapat mengatur arah gerak dan zoom kamera ke sektor yang diinginkan. Fitur yang jamaknya hanya ada pada Main Battle Tank tersebut diadopsi pada BTR-4 untuk memaksimalkan daya gebuknya. Fungsi intai ini akan sangat berguna mengingat Korp Marinir membutuhkan fungsi intai untuk Resimen Kavalerinya.

Dengan segala fiturnya, BTR-4M yang akan tiba di Indonesia tahun ini boleh jadi merupakan ranpur terbaik di antara arsenal ranpur milik ketiga angkatan. Dengan kemampuan arung laut yang prima, ditambahkan dengan sistem senjata mulai dari senapan mesin sampai kanon tembak cepat yang dapat mencakup berbagai jarak, BTR-4M menghadirkan kombinasi letalitas dan mobilitas yang masih sukar dicari padananannya di antara ranpur-ranpur buatan Barat.

Namun, perjalanan BTR-4 jelas tidak akan berhenti setelah tiba di Indonesia. Masih ada uji tembak dan uji arung laut, yang walaupun sudah dilaksanakan di Ukraina, tetap harus dilakukan di Indonesia sebelum dapat diserahterimakan secara resmi.

(Angkasa)

14 komentar:

  1. Ini kan penghantaran pertams atau trial test dulu...klu cocok mungkin there will be more order

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Cakep broo... ini kalau sudah diuji coba di Indonesia pasti nambah. Kabarnya nambah 50 unit lagi.
    Ada ToT gak ya kira kira? Biar bisa beranak pinak disini. hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. jumlah biasanya menyesuaikan brp minimum order untuk mendapatkan optimum ToT... kalo disana bilang 30 bisa dapet ToT bikin perahu, nego atau nambah order lagi ampek ToT sekurang2nya dpt radar, dst :v

      Hapus
  4. ogah.....btr ini daya apungnya payah....kalau buat mainan dilaut kena ombak dikit...udah kecelup semua bodynya...terbaik adalah terek/lvtp7 untuk dilautan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yg ini dari ukarania udah d ubah suai...apungan nya udah d tambah loh klu menurut coretan d blog bahasa ingris...kan cuma 5 biji aja utk uji coba loh...bukan 500 biji

      Hapus
  5. kesalahan besar btr ini...uji coba di laut ukraina yg ombaknya tenang.....gak tau ombak laut indonesia pantainya kayak apa????tetap paling aman adalah terx/lvtp7....juga masih menang jauh prototype apc buatan dalam negeri....buatan pt cahayadi bahari....untuk laut indonesia hull harus tinggi gak bisa ditawar itu

    BalasHapus
  6. apa ndak RUGI ya antar 5 biji ke Indonesia? dan apa yang mahal beli nya kalau cuman 5 biji ...kalau menilik UU alutusista ya memang harus ada ALIH TEKNOLOGI berarti yang ini paling sample...dan kalau memang cocok bisa beli diatas 500 biji dan mengincar TOT Armored Vehicle dengan 8 roda plus kemampuan amphibi nya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ga rugi buat pihak kita kalo ongkir di tanggung pihak ukraine, pihak ukraine pun ga rugi nanggung ongkir karena test result dari marinir di sebuah negara tropis itu sangat pentig dan tak ternilai.segala design flaws yg ketauan dan berbagai komplain dan masukan dari pihak marinir sebagai calon user itu penting utk pengembangan produk ke depannya. Ini sebabnya yg dipesan cuma dikit, karena berkaca dari thailand yg MBT oplotnya kerap bermasalah karena udara panas maka sangat pnting proses trial secara utuh di negara calon user/ buyer potensial.

      Hapus
  7. Panser btr4 pernah di pesan negara irak baru di coba di laut dangkal mesin mati langsung tenggelam ...ahirnya pemerintah irak megirim balik panser btr4 ke ukraina .

    BalasHapus
  8. kemarin dari dalam negeri malah sudah punya prototype apc amphibi modifikasi btr50....itu malah jagoan berenang...buatan pt cahayadi bahari....kenapa gak diperbanyak???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo cuma jago berenang yg jadi pertimbangan yaaa yang di beli pasti perahuu namanya.. amphibious ifv/apc ga melulu yg jd pertimbangan utamanya jago berenang, lvtp 7 mungkin memang superior urusan berenangnya, tapi daya gempur dan self defense gimana? Jangan lupa.. yg pembuat dan pemakai utama lvtp itu US marines, mereka punya air wing dan air attack asset mandiri di luar USAF.. mereka ga perlu aset amphibi dg daya gempur yg tinggi karena infantri mereka sudah di lindungi dari atas dg aset udara seperta AH-1 cobra atau bahkan squardon F18 milik US marines.. lah marinir kita gimana oom... ada kemampuan air superioritynya gaaak? Kalo ga ada ya wajar kalo BTR-4M ini jd pertimbangan.. kalo belinya lvtp terus di barengi dg pembelian aset udara seperti cobra/ hokum dan squardon penyerang seperti f18/sejelek2nya frogfoot baru deh anda bisa ngomong btr4m ini ga pantas..

      Hapus
  9. sip.. bebei, setuju, dan lagi pastilah dephan, mabes AL & Marinir punya banyak ahli yg mempertimbangkan dr semua sisi sampe jatuh pilihan ke BTR 4m (walau msh diuji coba). jika jadi khusus propeler BTR 4m bisa jadi contoh buat Anoa amphibi yang saat ini propelernya masih segede gaban, shg TOT pasti tetap akan bisa berlangsung, minimal sistem mekanis btr 4m. Jaya terus TNI....

    BalasHapus