31 Juli 2017

Production and Testing of the VT4 MBT of the Royal Thai Army at Norinco China

31 Juli 2017

Produstion and testing of VY-4/MBT-3000 for Royal Thai Army (all photos : AAG)

A special documentary of CCTV in China, broadcast on July 28th. Reported on the development of China's new main tank on the occasion of the People's Liberation Army Day on August 1, the CCTV special report released the production line. Road and terrain testing Include the test of artillery tank of the main tank. VT4 (MBT-3000) manufactured by Norinco plant in China.




It is known that the main VT4 Chinese tank is the export customer country 28 cars in the amount of Baht 4,984 million contracted in the year 2016 and the second set of 11 cars, about 2 billion baht in the fiscal year 2017. As seen in the documentary footage, it is seen that the main VT4 tank in dark green primer composition was completed, tested in terrain and tested the artillery tank and then reached the 16th car by installing the latest vehicle prototype systems. For example, a Heavy Weapon Station, and at least one tank with a three-color camouflage like the Woodland NATO, which corresponds to the information that the unit was supposed to destroy. The 6th Cavalry Battalion 6th Cavalry Regiment 3rd Cavalry Brigade 



The VT4 main tank system shown in the image is very modern. By the station, the commanding officer and the gunner station had a color display. Equipped with the Battlefield Management System, the same level as the new mainstream tanks, the M1A2, Leopard 2A7, Leclerc and T-90MS, etc. (with or without the same level of performance). With production rates such as those shown in the documentary, it is possible that China will be able to deliver its first VT4 main tank to the Army. Thailand this year and the technology transfer, which is faster and more modern than the mainstream Oplot tank from Ukraine, which was provided before.



Since being given the first car of the year 2014, the 2nd Cavalry Battalion The Oplot maintains 25 main infantry divisions, which also replace the main M48A5. It also includes the M60A3 Main Tank upgrade by the Israeli Elbit Systems Company of the 5th Cavalry Battalion, the 2nd Cavalry Corps, which is equipped with a color display for shooting in the car.



To be upgrade with the budget is available 2014 is now the 2nd Cavalry Battalion. The Oplot maintains 25 main infantry divisions, which also replace the main M48A5. It also includes the M60A3 main battle tank of the 5th Cavalry Battalion,upgrade by the Israeli company Elbit Systems in the 2nd Cavalry Corps, which is equipped with a color display for shooting in the car. To be upgrade when budget is available.

(AAG)

Contract for Six Super Tucano will be Signed This Year

31 Juli 2017


EMB-314 Super Tucano COIN aircraft (photo : Felipe BM)

Export of Super Tucanos to the Philippines can be quadrupled

Depending on how the delivery of the first batch of six EMB-314 Super Tucano aircraft to Philippine Military Aviation, and above all how this is reported to the (controversial) president Rodrigo Duterte, this export to the Asian country can be quadrupled.

According to the INSIDER column, Embraer, the manufacturer of A-29 Super Tucano, has been informed, unofficially, that the Philippine Air Force Modernization Program envisages replacing not only the reconnaissance and ground-attack twin engines OV- 10 Bronco, of American manufacture, but also of the turboprops SF-260TP, of Italian origin.

This means that all material from the 16th and 17th Attack Squadrons of the 15th Air Wing, based at Danilo Atienza Air Base  , Sangley Point, Cavite, on the outskirts of Manila, will be renovated. A more than encouraging prospect for the Brazilian company.

Embraer is still waiting for this year to sign the contract for the supply of the first six aircraft, within the Horizon 1 Phase of the Modernization Program. The Super Tucanos will need to be delivered to the Asian country in 2019.

The remaining 18 aircraft will be acquired under the Horizon 2 Phase of the same project, but will need the blessings of the mercurial Duterte, who, at least at first, was convinced that turboprops, by their performance characteristics, are more effective In combating the extremist groups Maute and Abu Sayyaf (linked to Al Qaeda ), which infest the southern part of the Philippine territory.

In private conversations with his military chiefs and even in public statements, the president has already stated: he believes that turboprops are cheaper and easier to maintain and operate than jet planes.

None of this means that the competition is conformed to the possible loss of the order of anti-guerrilla aircraft.

In Manila, the lobby of the Sino-Pakistani JF-17 Thunder fighter (much cheaper than the South Korean FA-50 already imported by Duterte), insists on the thesis that the acquisition of these jets would open an important channel of cooperation between the Administration Philippine and the Beijing government.

(Plano Brasil)

Paspampres Terima Ranpur P-2

31 Juli 2017


Kendaraan taktis SSE P-2 Paspampres (photo : ARC)

Pasukan Pengamanan Presiden alias Paspampres kini kedatangan alutsista baru. Alutsista itu berupa kendaraan lapis baja P-2 besutan PT. Sentra Surya Ekajaya. Sebanyak 4 dari 10 unit Panser P-2, Jumat sore telah tiba di Mako Paspampres di Jakarta.

Paspampres sendiri memesan total sebanyak 10 unit P-2. 5 diantaranya merupakan versi angkut pasukan atau APC, dan 5 lainnya versi komando. Sebagai rantis, P-2 dilengkapi kubah semi terbuka yang dapat dipasangi senapan mesin sedang kaliber 7,62 mm. Sementara untuk bodi, termasuk kaca disebut-sebut sanggup menahan terjangan proyektil kaliber 7,62 mm. Untuk versi APC, P-2 dirancang mampu membawa 10 orang prajurit bersenjata lengkap.

Yang berbeda dengan versi lainnya, PT. SSE juga menyiapkan versi VVIP dari P-2 ini. versi VVIP ini dilengkapi kursi yang cukup nyaman, serta kamera di beberapa titik untuk memantau situasi di luar kendaraan.Hanya saja belum diperoleh konfirmasi apakah P-2 ini nantinya akan menggantikan panser Anoa yang telah setia bertugas di Skadron Lapis Baja Paspampres.


Jenis rantis P-2 mirip dengan yang digunakan SatBravo 90 (photo : Paskhas)

Panser P-2 juga dipersiapkan untuk dengan mudah masuk ke ruang cargo pesawat angkut C-130 Hercules. Berbeda dengan versi sebelumnya, P-2 kali ini menggunakan mesin Iveco LLM serta suspensi independen. Hal ini menjadikan Ranpur P-2 menjadi sangat lincah.

Sebelum digunakan Paspampres, P2 Commando sudah lebih dulu digunakan oleh Pakshas TNI-AU. Dan versi lamanya juga sudah dioperasikan oleh satuan Kopaska. Sementara Kopassus juga mengikuti jejak Paskhas yang akan segera mengoperasikan P-6.

(ARC)

Sertifikasi KFX/IFX Diharapkan Tuntas di Tahun 2025/2026

29 Juli  2017


Komparasi KFX/IFX terhadap pesawat tempur generasi 5.0 yaitu F-35C Lightning II dan F-22A Raptor (image : sediaberkorbanplus)

Kemhan Pastikan Proyek Swadaya Pesawat Tempur Jalan Terus

Jakarta - Pemerintah melanjutkan proyek pesawat tempur rakitan sendiri yang disebut KFX/IFX, dan bahkan diklaim progress proyek ini sudah mencapai 14 persen.

"Pelaksanaan program engineering manufacture development (EMD) sudah mencapai 14 persen dari keseluruhan perencanaan program sampai tahun 2026. Saat ini, masih dalam tahap awal yaitu peningkatan kesiapan teknologi nasional bagi PT Dirgantara Indonesia (DI) untuk menghadapi tahap EMD sampai dengan pembangunan enam prototipe," kata Kepala Litbang Kementerian Pertahanan (Kemhan) Anne Kusmayati dalam konferensi pers di Jakart, Jumat (28/7).

Ia menjelaskan pesawat yang dirakit adalah jet tempur generasi 4.5. Perakitan dilakukan bekerjasama dengan industri pesawat Korea Selatan yaitu Korean Aerospace Industry (KAI).

Saat ini, PT DI telah mengirimkan 81 insinyur ke KAI di Sacheon City. Total keseluruhan akan mencapai 200 insinyur. ‎

"Mereka dikirim untuk mendapatkan pembekalan tentang sistem dan standar prosedur di KAI. Mereka juga melakukan pendalaman terkait konfigurasi pesawat sesuai pesyaratan ROK (Republic of Korea) dan RI," ujar Anne.

Menurutnya, perakitan pesawat tempur KFX/IFX fase EMD merupakan program berjangka waktu 10 tahun. Pembangunan dimulai dari tahun 2016 dan dijadwalkan berakhir tahun 2026. Total investasi kedua negara terkait proyek ini mencapai US$ 8 miliar dari APBN Indonesia dan Korsel.

Ditargetkan tahun 2021 pesawat tempur KFX/IFX bisa diperkenalkan ke masyarakat, lalu dibuat prototipe ke-5 oleh PTDI pada 2022. Setelah itu akan dikirimkan ke Korea Selatan untuk disempurnakan dan akan dikirimkan kembali ke Indonesia sebagai flying test bed untuk pengembangan dan wahana pembelajaran generasi muda PTDI.

"Diharapkan pesawat tempur KFX/IFX bisa mendapatkan Type Certificate di tahun 2025 atau 2026," kata Anne.

Dia menambahkan masih ada beberapa kendala terkait perakitan pesawat tersebut yaitu masalah lisensi produk dari AS. Untuk meminta lisensi, Indonesia dipastikan tidak bekerja sendirian. Korsel terus digandeng demi mendesak AS mengeluarkan lisensi pembuatan pesawat tempur ini.

Indonesia dan Korsel harus meminta lisensi dari AS karena direncanakan pesawat tempur KFX/IFX akan memakai empat komponen utama teknologi jet tempur yang dimiliki Negeri Paman Sam, yaitu electronically scanned array (AESA) radar, infrared search and track (IRST), electronic optics targeting pod (EOTGP), dan radio frequency jammer.

"Indonesia sebenarnya telah meminta izin AS lebih dulu. Namun, hal tersebut dilakukan sendiri tanpa disertai delegasi Korsel," ungkapnya.

Sebagaimana diketahui, Indonesia menargetkan ‎Pada 2035-2040 sudah ada 200 jet tempur KFX/IFX yang dirakit. Jet tempur yang dihasilkan dari kerja sama dua negara ini akan memiliki generasi 4.5. Sekarang pesawat militer dunia masih berada di generasi 4.

KFX/IFX merupakan pesawat tempur tipe semi siluman (stealth). Rancangan model jet ini telah dipamerkan pada Indo Defence 2016 di JIExpo.

(BeritaSatu)

Australian Defence Force Signs A$42M Wasp Contract

31 Juli 2017



Wasp-AE Mini-UAVs (photo : Aus DoD)

XTEK has on July 25th. formally signed the previously detailed contract to supply small unmanned aerial systems (SUAS) to the Australian Defence Force (ADF). Under the agreement, XTEK is the prime contractor and will deliver a range of products worth circa A$42 million to the ADF over three years, commencing 1 July 2018.

AeroVironment, Inc.  participated in the signing ceremony in Canberra for the formal execution of contracts (first announced June 1, 2017) to deliver Wasp® AE unmanned aircraft systems (UAS) to the Australian Defence Force (ADF) over a three-year period commencing July 1, 2018.

AeroVironment is working closely with Australian partners XTEK, General Dynamics Mediaware and Sentient Vision to provide Wasp AE, a proven capability in service with militaries around the world, which will then be modified with Australian content to meet both ADF and Australia industry needs. XTEK and AeroVironment will provide local maintenance, training and field support to serve the immediate needs of ADF while expanding AeroVironment’s global support capabilities.

“This contract to supply Wasp AE small UAV systems to support the Australian Defence Force is the result of 10 years of work with XTEK and the Commonwealth, including thorough operational testing, bringing small UAS compatible with the US operations to Australia, and adding capabilities from Australian companies,” said David Sharpin, vice-president of AeroVironment’s Tactical Unmanned Aircraft Systems (UAS) business unit.  “This collaboration reflects the unwavering commitment of all four companies and the ADF to support and protect the dedicated members of the Australian armed forces with the best UAS capabilities available in the world today – to help them proceed with certainty and ensure successful missions.”

XTEK will act as the supplier of the WASP AE for AeroVironment. Philippe Odouard, managing director, commented

“This is a very important day for the Australian Defence as XTEK and AeroVironment will deliver the WASP AE SUAS capability to all the relevant units in the Army.

“It also offers a number of Australian designed and supplied items bringing a higher level of information gathering to the warfighter.”

Maintenance contract expected

The A$42 million estimated contract value excludes maintenance costs.

An SUAS maintenance contract will be signed later to provide a local Australian maintenance and support capability to the ADF.

(UASVision)

30 Juli 2017

KRI Bima Suci Continues with its Navigation Tests

30 Juli 2017


KRI Bima Suci training ship (all photos : cx9aaw)

The sailboat for Indonesia's navy continues with its navigation tests and set up "KRI Bima Suci".



KRI Bima Suci whose delivery is planned this year, is a three-masted brigantine sailboat with 3,350 m2 of sail, 110 meters in length by 12 , 6 of mango and 5.5 of draft.



The sailboat equipped with five covers and able to accommodate a crew of 200 people between crew and cadets, will be supported by a diesel auxiliary engine of the MAN type Diesel & Turbo 6L/21/31 A six-cylinder in-line engine with a power output of 1320 KW.

(cx9aaw)

Yonkav 1 Kostrad Berlatih di Padang Cermin, Lampung

30 Juli 2017


Latihan Yonkav 1 di Puslatpur Marinir, Padang Cermin, Lampung. (all photos : Kostrad)

106 Anggota Yonkav 1 Kostrad Gelar Latihan Teknis dan Taktis

(Penkostrad). Batalyon Kavaleri 1 Kostrad  menggelar latihan Teknis dan Taktis Tingkat Kompi sebagai puncak latihan program Yonkav  1 TA. 2017. Latihan ini juga merupakan sarana untuk meningkatkan kemampuan teknis mau pun taktis satuan setingkat Kompi sejajaran Yonkav 1 Kostrad.



Latihan Teknis dan Taktis Tingkat Kompi yang diikuti oleh 106 orang personel Yonkav 1 Kostrad tersebut dilaksanakan mulai tanggal 19 s.d 23 Juli 2017 di Puslatpur Marinir, Padang Cermin, Lampung.

Latihan ini menggunakan 12 Ranpur Tank Leopard dan 1 Ranpur Tank Stormer APC. Latihan ini adalah Lanjutan dari latihan sebelumnya yaitu Latihan Uji siap Tempur Tingkat Peleton.



Digelarnya latihan ini merupakan salah satu upaya Pembinaan Satuan dan pemeliharaan serta peningkatan profesionalisme prajurit. Selain itu juga dimaksudkan agar para prajurit memahami dan mampu melaksanakan dan mengaplikasikan materi teknik serta taktik pemindahan pasukan dalam satuan setingkat kompi.

Saat  latihan, Koordinator Latihan Letkol Inf M. Mahbub (Waasops Kasdivif 1 Kostrad), menekankan kepada seluruh peserta latihan agar melaksanakan latihan dengan semangat dan sungguh-sungguh, memaksimalkan sarana prasarana pendukung yang ada serta memanfaatkan sebesar-besarnya latihan ini untuk meningkatkan kemampuan teknis mau pun taktis dalam hubungan satuan setingkat Kompi.



Letkol Inf M. Mahbub juga mengatakan, hasilnya nanti akan dapat dimanfaatkan untuk mendukung  kegiatan latihan lanjutan dalam tingkatan yang lebih besar seperti Latihan Antar Kecabangan (Latancab) mau pun Latihan Gabungan Antar Angkatan (Latgab TNI) dan yang paling penting dapat mendukung tugas pokok. (Kostrad)

Latihan Menembak Senjata Berat Yonkav 1 Kostrad 

LAMPUNG, Lensacomamdo.com - Batalyon Kavaleri 1 Kostrad  menggelar Latihan Menembak Senjata Berat (Latbakjatrat) Th 2017 bertempat di Puslatpur Marinir, Padang Cermin, Lampung. Sebagai Koodinator Latihan Kapten Kav Sony Wahyu Wijaya. Latihan tersebut dalam rangka untuk meningkatkan profesionalisme para prajurit Yonkav 1 Kostrad juga merupakan pembinaan kekuatan TNI AD dalam Program Kerja dan Anggaran Tahun 2017.



Dalam  latihan menembak yang dilaksanakan pada hari Rabu 26 juli 2017 tersebut digunakan 3 jenis senjata yaitu : senjata  kanon Leopard sasaran jarak 5000 meter,  Senjata  Mesin Berat (SMB 12,7 mm) sasaran jarak 300 meter dan senjata PSU 7,6 mm dengan sasaran jarak 300 meter.

Pasiops Yonkav 1 Kostrad, Kapten Kav Sony Wahyu Wijaya menyampaikan sasaran latihan yang ingin dicapai adalah  meliputi dua aspek diantaranya sasaran kuantitatif bagi seluruh personel  yang menjabat petembak senjata berat dan sasaran kualitatif dengan tujuan mampu menembak senjata berat Ranpur dengan baik.

Lebih lanjut Pasiops Yonkav 1 Kostrad mengungkapkan hasil yang harus dicapai dalam latihan menembak senjata berat tersebut adalah para petembak diharuskan mampu menghancurkan sasaran sesuai target yang ditentukan, dengan mengusung prinsip “First Round Kill” yang artinya peluru yang dilesakkan pertama itu harus mematikan.



Adapun tujuan Latihan Menembak Senjata Berat ini, kata Pasiops adalah untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan petembak senjata berat ataupun Ranpur, agar semua personel petembak di satuan Batalyon Kavaleri 1 Kostrad khususnya dapat mendukung pelaksanaan tugas pokok satuan terlebih lagi umumnya dapat mendukung tugas pokok TNI AD di masa-masa yang akan datang. (LensaComando)

Lockheed Martin Akan Tawarkan F-16 Block 72 kepada TNI AU

30 Juli 2017


Sosok pesawat tempur F-16 block 72, pesawat yang ditawarkan adalah untuk pembentukan skuadron tempur baru sesuai Renstra TNI AU 2015-2019, bukan untuk pengganti F-5 yang sudah diputuskan Sukhoi Su-35. (image : Lockheed Martin)

Pesawat tempur keluaran Lockheed Martin, yaitu F-16 Block 72 memang belum secara resmi diluncurkan kepada publik. Namun Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia lewat Pusat Kebudayaan Amerika Serikat yaitu @america, memperkenalkannya secara langsung kepada masyarakat Indonesia lewat simulator F-16.

Simulator F-16 ini memungkinkan masyarakat untuk merasakan langsung bagaimana kecanggihan pesawat generasi terbaru dari F-16 dan mengoperasikannya. Pengunjung @america pun sangat antusias mencoba simulator ini.

F-16 Block 70/72 Next Generation Avionics (image : LockheedMartin)

TNI AU juga merupakan salah satu negara pengguna pesawat tempur F-16, meskipun yang dimiliki Indonesia saat ini adalah versi pendahulunya. Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Joseph R Donovan, mengungkapkan pihaknya dengan senang hati menawarkan F-16 Block 72 kepada Angkatan Udara Indonesia.

"Kami akan dengan sangat senang menawarkan (menjual) F-16 kepada Indonesia. Apalagi pihak Indonesia sendiri sudah menerbangkan dan mengoperasikan F-16 jenis-jenis versi awal," kata Joseph di @america, Pasific Place, Jakarta Pusat, Sabtu (29/7).


F-16 Block 70/72 Additional Operational Capabilities (image : LockheedMartin)

Pihak Lockheed Martin melalui Vice President-nya, Randy Howard, menuturkan salah satu fitur baru yang ada dalam F-16 Block 72 ini adalah radarnya.

"Radar yang didapatkan dari M35 dan disertakan di F-16 dan terbukti aerodinamisnya, terus teknologinya adalah teknologi terbaru," ujar Randy.

Sementara itu, pilot pesawat tempur kenamaan Indonesia, Eris 'Mustang' Heryanto menuturkan TNI AU saat ini memiliki pesawat tempur F-16 Block 52 yang juga baru saja diberikan Amerika Serikat. Menurutnya, jika pemerintah merasa perlu memiliki F-16 Block 72 untuk menunjang misi-misi militer, maka pemerintah pasti akan membelinya dari Amerika.


APG-83 Scalable Agile Beam Radar (SABR) AESA for the F-16 (photo : Northrop Grumman)

"Ya tergantung pemerintah. Kalau pemerintah mempunyai anggaran dan itu dibutuhkan angkatan udara dalam menjalankan misi, kenapa tidak," tutur Eris.

Meski belum berkesempatan mencoba F-16 Block 72, dia menuturkan fisik pesawat Block 72 ini tidak terlalu jauh berbeda dengan generasi sebelumnya.

"Artinya dari segi aerodinamik ini sama. Yang membedakan adalah perlengkapan yang dipasang di pesawat," kata dia.

Northrop Grumman SABR Radar F-16 Nose Section (photo : Northrop Grumman)

Lebih lanjut, dia berpendapat seorang penerbang pesawat tempur menginginkan peralatan yang dapat mendukung situation awareness seorang penerbang. Salah satu contoh alat yang dibutuhkan oleh penerbang pesawat tempur adalah radar yang mumpuni.

"Sebagai contoh, sensor atau radar. Saya akan nyaman kalau radar ini betul-betul bisa menangkap semua target yang saya lihat di radar. Dan itu bisa saya terjemahkan untuk melakukan misi-misi," paparnya.

"Dengan kemajuan radar yang sekarang, kalau tidak salah Block 72 ini dilengkapi dengan ES Radar, (yaitu) Electronic Scanning Radar. Ini radar generasi terakhir di mana akurasinya sangat tinggi dan juga bisa mempunyai fitur-fitur yang penerbang butuhkan. Ini menurut saya kemajuan teknologi ada di situ," tuturnya.

(Kumparan)

29 Juli 2017

Indonesia to Deliver 2 PH Air Force Aircraft this Quarter

28 Juli 2017


PAF NC-212i  aircraft (photo : Detik)

The delivery of Philippine Air Force’s two NC-212i short takeoff and landing (STOL) medium transport aircraft ordered from Indonesia state-owned PT Dirgantara Indonesia-Indonesian Aerospace may take place this third quarter.

The Philippine government entered a contract with the said Indonesian firm for the supply of two NC-212 aircraft early 2014. Delivery was expected late 2015.

MaxDefense Philippines said delivery may take place next month. MaxDefense said “PTDI failed to deliver the aircraft on time due to issues between PTDI and the approved autopilot supplier, who was bought by another company and was said to have not honored its commitments to PTDI, which led to the delay and blacklisting of PTDI.”

“Blacklisting from Philippine government procurement board [is] coming to an end in 3 days,” MaxDefense said.

However, according to a credible source of Update Philippines, delivery may take place in September.

CASA C-212 Aviocar is a turboprop-powered STOL medium transport aircraft designed and built by CASA in Spain. Construcciones Aeronáuticas SA (CASA) became a subsidiary of European Aeronautic Defence and Space Company (EADS) in 1999 as EADS CASA, and in 2009 EADS CASA was absorbed by Airbus Military.

At present, C-212s are also being produced under licence by Indonesian Aerospace under NC-212 family.

(Update)

Pesawat Tempur RI Korsel Terus Dibangun

29 Juli 2017


Design pesawat tempur KFX/IFX (all photos : Mildom)

JAKARTA, KOMPAS — Meski sempat tertunda dan menghadapi kendala, program pengembangan pesawat tempur produksi kerja sama Indonesia-Korea Selatan yang dinamakan Korean Fighter (KF)-X/Indonesian Fighter (IF)-X terus berlanjut. Saat ini, program itu sudah memasuki fase kedua dari tiga fase yang ada, yaitu pengembangan teknik industri (engineering manufacture development), yang akan menghasilkan prototipe pada 2021.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan Anne Kusmayati, di Kementerian Pertahanan, Jumat (28/7), mengatakan, saat ini tahap EMD mencapai 14 persen. PT Dirgantara Indonesia (DI), sebuah badan usaha milik negara strategis, telah mengirimkan 81 insinyur ke Korean Aerospace Industry (KAI). Mereka akan mendalami konfigurasi pesawat sesuai kebutuhan Indonesia dan Korsel.

”Program ini jadi awal kemandirian industri pertahanan karena kita akan buat pesawat tempur,” kata Anne. Produksi itu akan memengaruhi peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan kemampuan PT DI secara umum. Selanjutnya akan dibutuhkan cluster-cluster industri yang memproduksi alat-alat berteknologi sesuai pesawat generasi 4,5 ini. ”Seperti alat elektronik radar dan GPS,” ucapnya.

Menurut dia, program tersebut juga harus ditopang kebijakan politik karena program ini butuh waktu yang panjang, terutama dari segi komitmen dan pembiayaan. ”Presiden menyatakan mendukung penuh program ini. Hal itu disampaikan saat kami presentasi,” ujar Anne.



Fase pengembangan dan produksi

Sejauh ini, fase pertama, yaitu pengembangan teknologi pesawat tempur produksi bersama Korsel, sudah dilalui. Setelah selesainya fase kedua tahun 2021, KF-X/IF-X akan dibuatkan prototipe yang terus diuji hingga produksi tahun 2026. Namun, baru pada fase ketiga, tahun 2040, KF-X/IF-X akan diproduksi secara massal oleh PT DI.

Terkait rencana produksi pesawat tempur itu, Kepala Sub-Dinas Penerangan Umum Dinas Penerangan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara Kolonel Fajar Adriyanto mengatakan, pihaknya menyambut baik pembangunan KF-X/IF-X. Program ini tak hanya dilihat dari sisi pertahanan udara, tetapi juga upaya pemerintah mengadopsi teknologi. ”Untuk kesiapan pesawat tempur, kan, untuk F16 C/D masa pakainya masih sampai 2030. Juga masih ada Sukhoi,” kata Fajar soal kebutuhan TNI AU selama KF-X/IF-X belum ada.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemhan Totok Sugiharto menambahkan, jika Indonesia membuat sendiri, kebutuhan operasi TNI AU akan diakomodasi lewat desain pesawat. Selain juga kebebasan menentukan konfigurasi pesawat sehingga menjamin kemampuan pengembangan teknologi berkelanjutan. Namun, sejauh ini, masih ada kendala karena AS tak ingin memberikan empat teknologi utama, di antaranya electronically scanned array radar.

(Kompas)

RAAF to Receive New Tech to Identify Electronic Threats

29 Juli 2017


RAAF C-27J cockpit (photo : Hpeterswald)

As part of the government’s second tranche of Defence Innovation Hub investments, a Sydney company will develop new technology for the Royal Australian Air Force (RAAF) that can autonomously identify electronic threats.

Saber Astronautics was awarded a $275,000 contract to develop the software to support the RAAF.

The contract is the first phase of a three-phase project using the company's advanced machine learning capability.

It is expected that the technology will not only have defence applications, but commercial, with Saber anticipating it will enable better communications between spacecraft operators and their satellites, especially during disruptive events such as solar flares.

Saber's director and chief executive Dr Jason Held said the contract came at the right time as Australia is looking to advance its space industry and technology with International Astronautical Congress arriving in Adelaide in September.

"This is great timing as it allows us to develop a key technology for secure communications at exactly the time that the Australian market is heating up," said Dr Held.

"Commercial small satellites are more susceptible to solar storms but still need to produce clean data for customers on Earth. We’re particularly excited to explore this potential more broadly with the Australian Air Force."

Saber Astronautics has nearly a decade of experience in applying machine learning to diagnostics, having demonstrated the technology previously on several NASA and commercial spacecraft. Using the technology to diagnose signals is a new application.

The company's mission statement is to reduce barriers to space flight, making it more accessible to people on Earth.

(DefenceConnect)

Marinir Laksanakan Latihan Tembak Tempur Laut

29 Juli 2017


Penembakan roket RM-70 yang ditumpangkan di atas dek LST KRI Teluk Sampit 515 (all photos : Korps Marinir) 

Dispen Kormar (Situbondo). Prajurit Korps Marinir dari Pasmar-1 melaksanakan latihan Demontrasi Aksi Tempur Laut unsur Pasukan Pendarat Amfibi di pantai Banongan, Situbondo, Jawa Timur. Kamis (27/07/2017).



Kegiatan latihan tembak tempur laut yang dipimpin Komandan Batalyon Roket-1 Marinir Letkol Marinir Dian Suryansyah, S.E., M.Tr.Hanla., tersebut melibatkan dua Kompi kesenjataan yaitu satu Baterai kendaraan tempur Roket MLRS Vampire, satu Kompi Kavaleri dari Batalyon Tankfib-1 Marinir, Tim dari Batalyon Intai Amfibi-1 Marinir dan prajurit Brigif-1 Marinir.



Latihan penembakan tersebut disaksikan langsung Komandan Resimen Artileri-1 Marinir Kolonel Marinir Ainur Rofiq, S.Pi., Asops Danpasmar-1 Kolonel Marinir Nanang Saefulloh, Pabanopslat Sops Pasmar-1 Letkol Mar Rivelson Saragih dan Pabandya Opslat Sops Kormar Mayor Marinir Widarta Kusuma.



Kegiatan yang dilaksanakan dalam latihan demo uji tembak laut yaitu satu pucuk RM 70 Grad melaksanakan penembakan diatas KRI Teluk Sampit-515 yang disimulasikan sebagai pendukung pasukan pendarat saat melaksanakan operasi amfibi dan 3 pucuk Roket MLRS Vampire dan Kompi Tank Amfibi melaksanakan penembakan dari darat ke laut, sedangkan tim gabungan dari Batalyon Intai Amfibi-1 Marinir dan Brigif-1 Marinir melaksanakkan fast rope.

Gelar Kesiapan Latihan Pendahuluan Demo Aksi Tempur Laut dalam rangka peringatan HUT TNI Ke – 72 tersebut juga ditinjau langsung oleh Panglima Armada Kawasan Timur TNI AL Laksamanna Muda (Laksda) TNI Darwanto, S.H.,M.A.P.

(Marinir)

Singapore and Malaysian Navies Conclude Bilateral Maritime Exercise

29 Juli 2017

The RSN and RMN ships sailing out from Lumut Naval Base to exercise at the Malacca Strait. (photo : Sing Mindef)

The Republic of Singapore Navy (RSN) and the Royal Malaysian Navy (RMN) participated in Exercise Malapura, a bilateral maritime exercise, from 18 to 28 July 2017. The opening ceremony, held on 19 July, was officiated by RSN Fleet Commander Rear-Admiral Cheong Kwok Chien and RMN Western Fleet Commander Vice-Admiral Dato' Mohamad Roslan bin Mohamad Ramli. The closing ceremony was held earlier today at the RSN's Fleet Command Building in RSS Singapura - Changi Naval Base.

Conducted since 1984, this year's exercise was hosted by the RMN and involved about 600 personnel from both navies. The participants carried out joint planning and training at Lumut Naval Base, and conducted conventional naval warfare and maritime security drills in the Malacca Strait. The RSN participated with a frigate (RSS Formidable), a missile corvette (RSS Victory), a patrol vessel (RSS Resilience) and a Sikorsky S-70B Seahawk naval helicopter. The RMN was represented by a frigate (KD Lekiu), a corvette (KD Kasturi), a patrol vessel (KD Selangor) and a Super Lynx helicopter.

RSN S-70B ASW helicopter (photo : David Chua)

Speaking on the successful completion of the exercise, Commander of the RSN Task Group, Colonel Anthony Lee said, "The good mutual understanding between our sailors was key to the successful conduct of this exercise. Both navies demonstrated high levels of interoperability during shore planning and various warfare serials at sea. This is testament of the good friendships and trust that have been forged over the years."

RMN Super Lynx ASW helicopter (photo : TLDM)

The RSN and RMN interact regularly across a wide range of activities. These include professional exchanges and courses, as well as multilateral activities under the ambit of the Five Power Defence Arrangements and the ASEAN Defence Ministers' Meeting (ADMM)/ADMM-Plus. The two navies have also been working closely to enhance maritime security through the Malacca Straits Patrol. These regular interactions strengthen mutual understanding and professional ties among the personnel of both navies, and underscore the warm and long-standing defence ties between both navies.

(Sing Mindef)

28 Juli 2017

Jet Tempur KFX/IFX Mengadopsi 4 Teknologi Eropa

28 Juli 2017


Empat teknologi kunci pesawat tempur KFX/IFX : AESA, IRST, EOTGP dan RF Jammer (image : donga, kookbang)

TEMPO.CO, Jakarta - Pesawat jet tempur KFX/IFX buatan Indonesia - Korea Selatan akan dilengkapi 4 teknologi dari Eropa. Alih teknologi Eropa tersebut setelah Amerika memberikan teknologinya untuk menunjang pesawat tempur baru itu. 

"Empat teknologi itu tidak akan diberikan Amerika pada siapa pun, termasuk Korea," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan, Anne Kusmayati, dalam jumpa pers di Kementerian Pertahanan, Jumat, 28 Juli 2017. Namun, kendala tersebut bisa diatasi dengan kerjasama yang dicapai Korea Selatan dengan pihak dari Eropa.

Empat teknologi utama dalam pesawat tempur tersebut adalah electronically scanned array (AESA) radar, infrared search and track (IRST), electronic optics targeting pod (EOTGP), dan Radio Frequency Jammer. Sebenarnya, jumlah teknologi yang dibutuhkan masih kurang 9 lagi. Namun lima teknologi telah didapat Korea dan dalam kerjasama yang dicapai Indonesia dan Korea Selatan, lima teknologi itu akan dibagikan pada Indonesia.

Sementara untuk empat teknologi tersebut, Korea sedang mengembangkan sebagai hasil kolaborasi dengan pihak di Eropa. "Siapa pihak di Eropa, saya tidak dalam kapasitas menjawabnya," kata Anne. 

Nantinya, 4 teknologi tersebut juga akan diberikan ke Indonesia. "Kami diperbolehkan menggunakan alat itu ke kita di dalam pesawat IFX kita nantinya. Jadi Insya Allah empat itu akan kita dapat," kata Anne.



Jet tempur KFX/IFX adalah pesawat semi siluman generasi 4.5 yang dikembangkan Korea Selatan dan Indonesia. Kerjasama pengembangan pesawat ini sebatas pada pengembangan pesawat hingga mencapai prototipe. Dari enam prototipe yang akan dihasilkan, satu prototipe akan diserahkan pada Indonesia. Saat ini program Engineering Manufacture Development (EMD) telah menyelesaikan 14 persen dari keseluruhan perencanaan program yang berlangsung hingga 2026.

Pengembangan jet tempur ini awalnya dilakukan Korea Selatan sejak 15 tahun lalu. Namun pada 2015 dibuat kesepakatan antara pemerintah Korea Selatan dengan Indonesia untuk mengembangkan jet tempur ini secara bersama-sama. Kesepakatan kerjasama strategis (strategic cooperation agreement) program ini dilakukan pada 4 Desember 2015. Sementara kesepakatan cost sharing dilakukan pada Januari 2016. 

Dalam kesepakatan tersebut, Indonesia menanggung biaya program pengembangan sebesar 20 persen, sementara Korea Selatan 80 persen. Dalam 10 tahun pengembangan yang akan dilakukan hingga 2026, total biaya yang ditanggung Indonesia mencapai Rp 21,6 triliun. Sementara kesepakatan penugasan kerja (work assignment agreement) dilakukan pada januari 2016.

Anne mengatakan keterlibatan Indonesia pada pengembangan jet tempur ini berkaitan dengan rencana strategis TNI AU tentang kebutuhan pesawat tempur pada 2014. Selain itu, keterlibatan Indonesia pada program ini adalah sebagai upaya meningkatkan kemandirian teknologi nasional, serta meningkatkan kemampuan industri pertahanan nasional.

(Tempo)

US Giving PH Military Drones for Reconnaissance, Surveillance

28 Juli 2017


Boeing Insitu ScanEagle unmanned aerial vehicles (photo : DVIDS)

Department of National Defense (DND) Secretary Delfin Lorenzana confirmed today that the United States is giving the Philippines Boeing Insitu ScanEagle unmanned aerial vehicles (UAV) for reconnaissance and surveillance use.

This is after the US turned over two new Cessna 208B “Caravan” intelligence, surveillance and reconnaissance (ISR) aircraft.

“It be will be accepted by the Air Force [sometime this year]. This is aside the [Aerovironment RQ-11] Raven [hand-launched unmanned aerial vehicle] which was given for the use of the Marine Special Operations Group early this year,” he added.

“[The Americans] have given us a lot of equipment [this year], they are all brand-new,” Lorenzana pointed out.

ScanEagle is a small, long-endurance, low-altitude reconnaissance UAV and part of the ScanEagle Unmanned Aircraft Systems (UAS).

Last June, Naval Air Systems Command of the United States Navy released a solicitation document for the procurement of undisclosed number of ScanEagle from Insitu for the Philippine government with estimated value of $13.5M. The contract involves ScanEagle UAVs, spares, support equipment, tools, training, and support services.

IHS Jane’s estimated that with the mentioned estimated value, the Philippines will be getting 15 UAVs.

“Based on the procurements of other nations – in 2014 Yemen signed for a system of 12 ScanEagle vehicles for USD11 million – the Philippines’ follow-on system is likely to be made up of about 15 vehicles,” said IHS Jane’s.

(Update)